Dear...
Mentari, maafkan q, lagi2 ku memulai hari dengan kebohongan. Bohong
pada mereka yang bertanya, mereka yang melihat bahkan mereka yang slalu
menghawatirkanku di sebrang sana.
Saat mereka bertanya: kenapa kau tak pergi malam itu? aku hanya
bisa menjawab: maaf, aku ketiduran. Aku tak menjelaskan bagaimana waktu itu aku
menahan sakit yang tak karuan. Dingin yang menggigit kulit tipisku. Selimut
yang membungkus tubuhku dari ujung kaki sampai kepala. Aku menggigil.
Saat mereka melihatku bercengkerama serta gurau bersama
teman-teman. Mereka senyum bahagia dan lirih berkata: aku suka persahabatan,
keramahan serta kekompakan teman-teman kita. Padahal saat itu aku harus bertahan
untuk tetap terlihat normal da kompak meski keringat dingin slalu keluar, tubuh
mulai gemetaran, dan tusukan-tusukan rasa sakit yang terselip diantara
tulang-tulangku.
Saat orang-orang yang ku sayang mulai menghawatirkanku dengan
menanyakan kabar lewat pesawat telepon, aku hanya menjawab: tenang semuanya
baik-baik saja. Aku sudah jauh lebih sehat. Maaf sekali lagi aku bohong pada
mereka mentari.. Aku takut mengatakan sejujurnya bahwa aku rapuh. Kondisiku
mulai memburuk. Penyakit ini.. ah, tak usah ku jelaskan, aku takut kejujuranku
membuat kekhawatiran mereka bertambah.
Bagaimana aku tak bohong jika kelihatannya mereka lebih bahagia
ketika mendengarkan kebohonganku??? Apa aku salah ingin melihat semburat
kebahagiaan yang terpancar dari semua orang yang menyayangiku. Aku ingin slalu melihat
kebahagiaan itu karna aku takut tak bisa melihatnya lagi. Sekali lagi maafkan
aku mentari, sepertinya aku tak bisa menghentikan kebohonganku pada siapapun.
Salam
maaf dariku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar